|Mengajakmu| ° Eps.1
Aku ingin berwisata dengan diriku sehari saja. Lalu kujelaskan bahwa betapa sulitnya kuberi kekuatan untuk manusia penuh luka sepertimu. Amat kupahami betapa rumitnya dirimu memahami kehidupan yang sebenarnya tak kau harapkan ini, bukan? Bahkan aku pernah mendengarmu menyalahkan keputusan Tuhan untuk membuatmu ada. Tidak papa. Kurasa memang hanya itu yang bisa kau lakukan. Karena sudah kulihat jatuh bangkitnya dirimu memperjuangan pandangan positif pada hidupmu, tapi kelihatannya memang tak ada alasan untuk bisa dipandang positif..
Tidak. Jangan pikir aku akan menasehatimu ini itu tentang "rasa syukur" atau "menerima takdir". Tak kan kau temui diriku yang menyuruhmu mengedepankan kata "sabar" dalam setiap rintih air matamu itu. Kau benar. Yang kau lakukan sudah benar.
Hidupmu memang sudah tidak tertolong. Peliknya problematikamu sudah terlalu berlebihan untuk kapasitasmu sebagai manusia yang juga butuh ketenangan. Emosimu terlalu lama kau pendam dengan alasan "kemanusiaan" padahal hanya itu yang kau punya.
Bagaimana aku tahu bahwa hanya itu yang kau punya?
Ya. Aku tahu. Emosi jiwa yang kian lama kian menggeliat mendominasi aliran nyawamu itu lah hartamu satu-satunya.
Ah iya, mohon ampun! Aku melupakan satu hal. Air mata. Itu juga termasuk yang kau punya. Selebihnya tak ada.
Boleh ku tertawakan hidupmu ini?
Alangkah menyakitkannya jika kulihat-lihat, wahai manusia tiri!
Bahkan untuk meneruskan hari esok saja kau harus menyiapkan skenario tawa kepura-puraan. MIRIS!!!
Mari bersama-sama kita lihat batas tegaknya kakimu. Hanya ada satu kemungkinan.
"Akan lenyap sebentar lagi... "
Dan cukup, tak bisa kuajak berwisata lagi kalau begitu.
~•Selamat tinggal, kupu-kupu•~
.jpeg)
0 Response to "|Mengajakmu| ° Eps.1"
Posting Komentar