Tanpa Judul

Tau apa yg lebih melelahkan dari bertengkar dengan orang lain?

Ya, bertengkar dengan diri sendiri. 

Ada sebuah persinggungan antara pikiran dan hati. Entah mana yang benar, yang pasti keduanya seolah berlomba untuk menunjukkan kebenaran. Dan bodohnya, entah kemana sosok ini berpihak. Ketika pikiran berkata benar, bekas luka di hati menolak. Ketika hati berusaha mendamaikan, akal sehat mematahkannya dengan menunjukkan fakta betapa lelahnya hati ini saat dikorbankan dengan lancang sebelumnya. Jadi sepertinya bisa disimpulkan, bahwa terlalu banyak sayatan yang membekas dalam hati, pernah berdarah-darah tapi belum sempat diobati sudah ditambah lagi di tempat yang sama juga tempat yang lain. Jadi sudah penuh. Tidak ada bagian yang bersih lagi sekarang. Luar biasa. Izinkan aku menertawakan diri ini. Miris. 

Dari semua itu, berdampak pada pandangan kedepan. Sudut pandang yang menyimpang kata orang, bodoh, penuh ketakutan, trust issue, traumatik, dan akan berakhir mati nantinya, atau sebentar lagi, mungkin.  

 Karena kompleksitas tertinggi sebuah problema seperti ini sudah membunuh sisi tenang secara perlahan namun berkelanjutan, terus menggerogoti kenyamanan hari yang berlangsung setiap hari. Ditambah lagi, tekanan dalam diri  yang tidak tau cara mengekspresikan apapun. 

Detik mengantarkan pada isi kepala yang kian hari kian riuh, menit menunjukkan kalau ternyata ini sudah berlangsung terlalu lama. Kini kusadari, kalau waktu sudah membuktikan bahwa keadaan selama ini sudah berhasil membuat "rusak" segalanya. Rusak serusak-rusaknya. 

Pernah kudengar kata indah dari Merry Riana, "Kalau Tuhan sudah memberi titik, jangan ubah jadi tanda tanya"

Tapi bagaimana jika sampai saat ini semua hal adalah pertanyaan tanpa diberi titik. Tidak perlu titik sebenarnya, koma saja sudah lebih dari cukup. Agar ada kesempatan untuk diri ini merasakan baiknya dunia walau sejenak.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tanpa Judul"

Posting Komentar