Dapat apa dari Juli?
Belajar dari Juli
Hmm. Ternyata waktu memang akan terus berjalan, ya. Hingga dua ribu dua empat tidak lagi menuju separuh, melainkan sudah menuju penuh. Bagaimana? Seberapa curam kemiringan problematika yang terlewati sejauh ini? Atau seberapa lebar bunga kebahagiaan itu mekar di tahun ini — sampai akhir Juli?
Apapun itu, semoga selalu ada rasa syukur dalam tiap-tiap kalbu yang berduka ataupun berbahagia. Karena jangan lupa, ada nikmat Tuhan disana...
Berbicara tentang Juli, sudahkah kita merefleksi bulan pertama di paruh kedua ini?
Seperti basah pada tanah yang selalu tertinggal setelah hujan, akan selalu ada pembelajaran yang dapat diambil dari tiap napas yang kita hembuskan.
Dirincikan, ya..
Dari Juli, aku belajar..
1. Tidak akan menemukan kesempurnaan di tiap sudut manapun
Rasanya aneh, jika manusia yang nyawanya saja pemberian Tuhan menuntut ini itu dari manusia lain, dan yang lebih anehnya adalah orang lain dituntut sesuai seratus persen dengan kacamatanya. Pantas ditertawakan, kan? Tapi itulah pembelajaran yang pertama. Bukankah dibanding sibuk mati-matian menyempurnakan orang lain, lebih baik diri ini memperbaiki celah-celah yang masih belum tertutupi?
2. Kamu hanya punya kamu
Ya. Dari seluruh penduduk bumi, yang kau andalkan akan tetap dirimu sendiri. Oleh karena itu, tetaplah sehat, tetaplah kuat dan jadi baiklah untuk dirimu itu
3. Pengakuan dari orang lain tidak akan menemukan titik akhir
Yaah. Selain yang kau punya adalah dirimu sendiri, harus tertanam paten juga bahwa diri sendiri itu penting. Jangan pernah menghabiskan waktu hingga mengorbankan jiwa raga dan seisinya hanya untuk mengobati haus dari pengakuan. Manusia itu relatif. Hari ini iya, besok bisa engga, atau tidak. ( Hehe..Sama saja ya..) Hari ini orang lain bisa memberi kertas putih, 1 detik kemudian bisa ditukar dengan warna hitam. Sangat besar tingkat kerelatifannya. Dan, kita tidak punya kendali untuk itu. Apa yang orang lain lakukan adalah kendali mereka sendiri. Namun, kita bisa mengendalikan rasa haus diri kita sendiri. Maka dari itu, mari tetapkan boundaries, and we deserve it !
4. Tabur tuai is real
Hukum tabur tuai? Nyata ! Tidak bisa diremehkan. Tiap sisi semesta akan merekam apa yang kita lakukan, dan tunggu saja waktu umpan baliknya. Trust me. Kalau kata Ust. Adi Hidayat, "Awas, jangan main-main". xixixi
5. Menghargai orang lain adalah seni paling indah dalam hubungan kemanusiaan
Manusia adalah makhluk paling indah yang Tuhan ciptakan, dan saling menghargai adalah seni paling indah dalam hubungan kemanusiaan. Tiap-tiap orang punya lebih dan kurang, punya baik dan buruk, punya pemikiran yang berbeda, punya keputusan yang berbeda, punya hati yang pasti. Hargai. Itu sudah cukup
6. Kematian adalah teman paling dekat
Di bulan Juli, seorang Ayah muda bernama Dalli Wassink meninggalkan istri dan putri kecilnya secara tiba-tiba karena kecelakaan. Meninggalkan duka yang amat dalam bagi banyak orang. Ketika kematian sudah sampai waktunya, tidak ada hukum tawar menawar lagi. Ketika sudah sampai, kita bisa apa? Dan ya, jaga lisan dan perlakuan, umur tidak ada yang tahu. Minta maaf pada orang yang kita sakiti, selagi masih bisa meminta maaf secara langsung, selagi belum dia yang hanya sebatas bayangan, atau kita yang hanya sebatas nama.
7. Kata "cukup" hanya akan melelahkan diri sendiri
Sampai mencapai apapun, tidak akan menemui rasa cukup. Akan selalu ada kurang, ini dan itu. Jika tidak dibatasi dengan rasa syukur, lelah. Percayalah !
Sekian. Selamat datang Agustus !! Bersahabat ya !!
Ada lagi pembelajaran dari Juli menurut kalian? Komen yaah! :)
Lv u guys. Mari berbahagia dengan apa yang kita punya 🖤
Lda
Belajar bahwa bulan tak dapat mengejar Matahari, dan siang tak dapat mendahului malam, semua beredar pada garisnya masing-masing, cmiwww 🐊
BalasHapusomg sebutkan namamu cepatttt 😫
HapusKmu kenal kok, coba tanya sama hatimu 🐊
HapusHey, tulisan mu bagus, aku boleh cerita juga ga pengalaman di bulan Juli dan bulan lain2 ✌🏻
BalasHapusAku jago nulis juga Lo dikit2 😎
Hapus